Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fahri Hamzah: Pemerintahan Joko Widodo Kerja Hanya Untuk Menang


- Wakil Ketua dewan perwakilan rakyat Fahri Hamzah menyebut pemerintahan Presiden Joko Widodo terlalu dini dalam mempersiapkan diri untuk meraih kemenangan di Pilpres 2019. Akibatnya, pengelolaan pemerintah menjadi terlalu fokus untuk meraih kemenangan.

Fahri mengaku hal itu pertama kali diucapkan oleh seorang pejabat yang mengetahui kondisi pemerintahan ketika ini dan sebelumnya."Saya tanya apa bedanya pemerintahan ini sama yang lalu? Jawaban dia yang mengagetkan saya yakni dia menyampaikan pemerintahan ini terlalu cepat mempersiapkan pemilu yang akan datang," tutur Fahri dalam diskusi yang dihelat di Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta, Rabu (9/1).

"Maksudnya dia ingin kembali dan terpilih kembali pada pemilihan berikutnya itu terlalu cepat," lanjutnya.

Akibat dari prinsip itu, lanjut Fahri, segala rapat kabinet dan pengelolaan pemerintahan bernuansa untuk meraih kemenangan. Misalnya, dalam aspek pemilihan orang untuk ditempatkan di suatu jabatan.

Contoh lain yakni soal memilah-milah kebijakan. Alam pikir yang ada di pemerintahan, lanjutnya, yakni menentukan jadwal atau kebijakan yang sanggup menawarkan laba elektoral.

"Memenuhi janji-janjinya pada kampanye itu nyaris tidak ada," tutur Fahri.

Fahri menyampaikan roh pemerintahan ketika ini yakni berupaya untuk menang kembali. Komitmen awal ketika terpilih dulu tidak lagi dianggap perlu untuk direalisasikan.

"Saya kira ini peristiwa yang kita hadapi di dalam politik kita empat tahun belakangan ini," kata Fahri.

Di daerah yang sama, akademisi Rocky Gerung melihat ke aspek yang lain. Menurut Rocky, sejauh ini kubu Jokowi-Ma'ruf justru dirugikan oleh gelagat orang-orang yang mendukungnya.

"Saya melihat Pak Jokowi dikeroposi timnya sendiri," tutur Rocky.

Rocky menyampaikan selama ini kerap diserang oleh buzzer dan simpatisan Jokowi. Kritik pedas sering dia terima. Bahkan, makian.

Namun, Rocky menganggap hal itu tidak menjadikan dampak apapun kepada dirinya. Sebaliknya, Jokowi yang harus menanggung rugi.

"Karena menyerangnya secara personal. Pembully, pemfitnah dan seterusnya. Setiap kali para buzzer menyerang saya, elektabilitas Pak Jokowi turun 0 koma," kata Rocky.

SUMBER